Sabtu, 26 Juli 2014

DAGELAN DEMOKRASI DI INDONESIA KITA

Pemilihan Umum (jaman dulu) adalah pesta demokrasi, begitu pula di berbagai negara di muka bumi tidak terkecuali di Indonesia. Sesuai dengan arti demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Secara umum bisa diartikan bahwa kekuasaan sepenuhnya di tangan rakyat.
Demokrasi di Indoensia telah berubah dari demokrasi perwakilan menjadi demokrasi langsung yaitu rakyat secara langsung memilih wakil dan pemimpinnya secara langsung terlepas dari fair atau tidak fairnya jalannya pemilihan.
Juni dan Juli 2014 merupakan saatnya pesta demokrasi di Indonesia. Perwakilan rakyat yang akan mengisi parlemen untuk mengesahkan jalannya roda pemerintahan lima tahun kedepan telah dilalui dan anggota legislatif perwakilan partai dan personal telah dipilih. Begitu pula pemimpin Indonesia lima tahun kedepan, "isu"-nya telah terpilih dengan berbagai carut marutnya.
Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dinyataan KPU (Komisi Pemilihan Umum) Indonesia, sebagai lembaga tertinggi yang mengurusi Pemilu dan Pilpres, walaupun masih diikuti berbagai kritik dan ketidak puasan berbagai kalangan atas hasil tetapan KPU tersebut.
Gus Dur (Abdurahaman Wahid), Presiden RI ke-4 menyatakan kondisi politik sebagai "dagelan politik", berkenaan dengan situasi saat ini penulis lebih baik menyatakan bahwa Pilpres 2014 sebagai "Dagelan Demokrasi". Mengapa? Dalam dagelan ada situasi dimana bisa serius tetapi kebanyakan pada situasi kocak, senda gurau yang tak perlu ditanggapi serius oleh pemirsanya. Begitu pula pada Pilpres 2014 disebut "Dagelan" karena pada Pilpres 2014 ini lebih banyak kelucuannya dibandingkan hal serius yang "pantas" ditanggapi. Mulai dari seleksi, penetapan calon, pelaksanaan pemilihan, penghitungan, hingga rekapitulasi dan penetapan pemenang Pilpres 2014.
Dari dagelan demokrasi yang baru dilewati dapat terlihat "sifat asli" lembaga (KPU dan partai) maupun personal peserta Pilpres 2014 (calon dan tim suksesnya). Ada yang kekanak-kanakan, ada yang kurang ajar, ada yang brengsek, ada yang legowo, ada yang lucu ada yang "membumi" (hanguskan), ada pula yang acuh tak acuh. Mereka pikir rakyat terlalu bodoh untuk dapat melihat kelakuan mereka itu. Mereka berpikir hanya mereka yang "pinter"... (dasar kampring, maaf).
Anyway semoga NKRI tidak menjadi contoh buruk demokrasi di mata dunia dan NKRI tetap jaya.