KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Salah satu bagian penting dalam manajemen adalah kepemimpinan (leadership). Besar sekali pengaruhnya dakam menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi termasik organisasi pendidikan. Tanpa kepempinan yang baik, hubungan antara tujuan perseorangan dan tujuan organisasi mungkin menjadi rengang atau lemah, sebaliknya kepemipinan yang efektif akan meberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tuuan organisasi.
Peran sentral kepemimpinan ini, menyebabkan sebagian orang menghubungkannya dengan bias jender. Bahkan Rosbeth oss Kanter’s memperhatikan khusus masalah kedudukan perempuan di dalam berbagai organisasi. Menurutnya, ketimpangan peren jender di dalam berbagai organisasi disebabkan oleh karena peempuan mempunyai berbagai keterbatasan. Dia menyebutkan bahwa ...
Pandangan diskriminatif seperti ini juga terjadi di banyak organisasi atau lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren. Martin Van Bruinessan menyebutkan bahwa hal tersebut antara lain karena pemgaruh bias jender dari sebagian materi-materi kuriulumnya dalam ha ini (kitab kuning) yang memposisikan wanita sebagi “kelas dua”
Dengan acuan utamanya buku Leadership and Strategic Management in Education karya Tony Bush dan Mariane Coleman, maka tilisan ini akan dibahas lebih lanjut bagaimanakah jender dalam kepemimpinan pendidikan, khususnya kepemimpinan dalam pendidikan pesantren
II. JENDER DAN PENDIDIKAN PESANTREN
1. Pengertian Jender
jender secara umum dipakai untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial, budaya, dan agama. Konsep ini berbeda dengan sex yang mengidentifikasi dari perbedaan anatomo tubuh. Studi tentang jender menekanakan perkembangan aspek maskulinitas dan feminitas seseoran dalam perkembangan masyarakat. Berbeda dengan sex yang lebih menekankan pada perkembangan aspek biologis dan komposisi kimia dalam tubuh laki-laki (maleness) dan perempuan (fameleness)
istilah jender saat diterapkan ke dalam tugas-tuga sosial relatif lebih bebas nilai daripada istilah men/male dan women/famale. Sementara maskulin dan feminis secara khusus tidak untuk menunjukkan jenis laki-laki dan perempuan. Keduanya menggambarkan sesuatu yang koheren, jender tidak didefinisikan dengan alat kalamin fisik seseorang, sebab saja seseorang laki-laki memiliki sikap yang feminis, (Gray, 1989, p. 43).
Karakter Maskulin dan Feminin
Perbedaan anatomi biologis dan komposisi kimia dalam tubuh oleh sejumlah ilmuwan dianggap berpengaruh pada perkembangan emosional dan kapasitas intelektual masing-masing. Gray, misalnya mengidentifikasikan karakter maskulin dan femenis, setelah ia meneliti di beberapa kepala sekolah di Inggris menyimpulkan sebagai berikut;
Perempuan yang familier adalah gaya manajemen yang efektif, khususnya bila diterapkan dalam pendidikan islam. Bahkan ada hasil penelitian yang membuktikan bahwa perempuan mampu memberikan kekuatan pada proses kepemimpinan dan manajemen yang mungkin bisa juga digunakan kepemimpinan pendidikan yang efektif saat ini khususnya dalam manajemen pesantren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar